Sekjen: Jangan Kastakan PNS
Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat mengkritisi adanya perbedaan pemberian tunjangan kinerja (remunerasi) bagi PNS di Kementerian/Lembaga. Menurutnya, semua PNS memiliki tanggungjawab yang sama. Hal itu disampaikan Bahrul Hayat ketika memberikan arahan pada acara Rakor Implementasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) dan Rencana Pemberian Tunjangan Kinerja terhadap Jabatan Fungsional Dosen, Guru, dan Pengawas di Jakarta, Rabu (26/3).
“Jangan dibikin kasta – kasta pegawai, bila demikian, pemerintah telah mengkastakan pegawainya, sehingga mengapa harus dibedakan remunerasinya, karena itu tidak adil,” terang Sekjen.
Terkait tunjangan kinerja atau remunerasi, menurut Bahrul Hayat remunerasi mempersempit atau meniadakan ketidakadilan antara pejabat dengan staf pelaksana. Ada keadilan penghargaan bagi pegawai yang tidak memiliki jabatan.
“Kesejahteraan mendorong pegawai untuk memperlihatkan kinerja yang baik,” ujar Sekjen.
Pelaksanaan RB di Kementerian Agama yang ditergetkan dimulai awal 2015, Sekjen mengatakan bahwa yang harus ditekankan kepada pegawai tentang reformasi birokrasi adalah dua hal, yaitu reformasi dan transformasi. Reformasi adalah membentuk ulang sistem pelayanan publik, sistem bagaimana melayani publik.
“Reformasi birokrasi adalah mengembalikan birokrasi ke khittah-nya, yaitu pelayanan publik,” papar Sekjen.
Dalam pandangan Sekjen, ada yang tidak utuh dalam birokrasi kita hari ini, yaitu adanya kecenderungan lebih melayani diri sendiri daripada melayani publik, Itu kritik pertama. Kritik kedua, birokrasi ini tidak efisien, tidak efisien dengan waktu dan anggaran.
“Kita tidak pernah dididik untuk efisien dalam waktu, anggaran dan lainnya,” terang Sekjen.
Reformasi birokrasi – lanjut Sekjen- mencakup reformasi organisasi, dan reformasi reformasi SDM, busness process atau cara menjalankan tugas dan culture set dan mind set, yang paling berat adalah mengubah pola pikir.
Mengutip pernyataan Mantan Kapolri Jenderal Hoegeng, Bahrul Hayat mengatakan bahwa membangun pemerintah yang baik harus dibangun dari atas, gerakan perubahan harus dimulai dari atas (pejabat). Bahrul Hayat mengilustrasikan gerakan perubahan seperti orang mandi, maka akan dimulai dari atas, dan akan membasahi bagian tubuh di bawahnya.
“Kebaikan dari atas akan mengalir ke bawah meskipun tidak cepat, berbeda dengan keburukan. Kebaikan hanya diingat oleh tiga orang, tapi yang buruk akan diingat oleh tujuh orang,” tutur Bahrul Hayat.
“Mari kita lakukan sesuai apa yang bisa kita lakukan, bukan menunggu, mulai dari diri sendiri, harus yakin bisa, jangan merasa lelah untuk memperbaiki. Terus kita yakini bahwa kita bisa mengubah Kementerian ini dengan lebih baik, dan bila itu bisa kita lakukan, akan menjadi kebajikan bagi kita semua,” pesan Sekjen.
Sumber : www.kemenag.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar